Revulusi Mental di Harganas Sulsel.
desakunews. id - Makassar (6/8/2018)
Soni Sumarsono membuka puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXV dirangkaikan dengan Pencanangan Baksos TNI KB-Kesehatan dan Bhayangkara KB-Kesehatan Tingkat Provinsi Sulawesi-Selatan Tahun 2018 di Taman Pakui Sayang, Senin (6/8).
Dalam kesempatan tersebut, Ia menyampaikan beberapa Program Keluarga Berencana yang diberikan pemerintah untuk tidak diragukan karena betujuan untuk menghasilkan generasi bangsa yang cerdas dan berkualitas.
“Tujuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, di samping itu wujudnya adalah untuk membangun manusia yang berkualitas,” kata Sumarsono.
Sumarsono menyebutkan, tujuan dari membangun manusia berkualitas hanya bisa hadir dan hanya akan bisa tumbuh dari generasi muda yang berkualitas, generasi muda yang berkualitas hanya bisa tumbuh dan berkembang dari remaja berkualitas, remaja berkualitas hanya akan bisa tumbuh dan berkembang dari anak yang berkualitas, sementara anak yang berkualitas hanya akan tumbuh dari seorang dari bayi berkualitas, bayi yang berkualitas hanya akan tumbuh dan berkembang dari janin seorang ibu yang berkualitas, janin yang berkualitas akan tumbuh dari keluarga yang berkualitas.
“Jadi itu siklusnya kembali seperti itu, Manusia berkulitas lahir dari Keluarga Berkualitas,” sebutnya.
Pembangunan keluarga berkualitas memang tidak dapat dipisahkan dengan upaya pemerintah dalam mensukseskan program KB Nasional. Program KB Nasional terus mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan lingkungan masyarakat.
Seiring berjalannya waktu penerimaan masyarakat terhadap Program KB semakin baik tentunya hal ini berdampak terhadap penurunan angka total fertility rate dari tahun ke tahunnya.
Berdasarkan hasil SDKI Tahun 2017, Indikator substantif program KB di Sulawesi Selatan menunjukkan perkembangan positif dari hasil survey sebelumnya. Total Fertility Rate di Sulawesi Selatan berdasarkan hasil SDKI 2017 sebesar 2.4 atau turun 0.2 point dari SDKI 2012 yaitu 2.6. Penurunan Total Fertility Rate tersebut merupakan keberhasilan dalam menekan angka kelahiran di Sulawesi Selatan.
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 semakin jelas menunjukkan bahwa pertambahan dan pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat.
Isu pertambahan jumlah penduduk ini menjadi ancaman terhadap daya dukung dan daya tampung bumi. Jumlah penduduk Indonesia saat ini hampir mencapai 262 juta, dan rata-rata laju pertumbuhan 1,43 persen.
Populasi penduduk Indonesia bisa menembus 321 juta jiwa di tahun 2045, dan penduduk Indonesia akan semakin terkonsentrasi di perkotaan dengan angka 63,1 persen dari jumlah populasi.
Hasil Survey Demografi Indonesai (SDKI) tahun 2017, telah menunjukan hasil yang cukup menggembirakan dimana angka fertilitas total (TFR) menurun menjadi 2,4 dari 2,6 pada hasil survey sebelumnya. Tentunya hal ini memberikan harapan untuk terjadinya penurunan laju pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang. Salah satu upaya menekan laju pertumbuhan penduduk adalah Program Keluarga Berencana.
Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Dwi Listyawardani, menyebutkan, Berdasarkan Sensus Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, angka kelahiran wanita Indonesia mengalami penurunan dari 2,6 anak per wanita tahun 2012 menjadi 2,4 anak per wanita. Sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan sama dengan angka Nasional yaitu 2,4.
“Oleh karena itu, saat ini yang menjadi tugas kita semua adalah Kualitas Penduduk, bagaimana menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas melalui Strategi Peningkatan Program Pembangunan Keluarga,” sebutnya.
Dengan meningkatkan kapasitas tenaga lapangan dan kader serta kelembagaan pembinaan keluarga dalam hal penyuluhan keluarga tentang pemahaman fungsi keluarga dan peningkatan kerjasama lintas sektor dalam upaya meningkatkan fungsi dan peran keluarga.
Maka tenaga lapangan dan kader harus dibekali dengan kemampuan dalam peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentinya Keluarga Berencana (KB) dalam peningkatan Kesejahteraan Keluarga dan peningkatan penyuluhan tentang pemahaman keluarga/orang tua mengenai pentingnya keluarga.
Serta penguatan delapan fungsi keluarga terdiri dari agama, sosial, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi dan lingkungan.
Terkait masalah stunting atau kondisi di mana seorang anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya.
Dwi memaparkan, salah satunya denhan membuat kampung-kampung Keluarga Berencana di desa-desa yang diidentifikasi dekat dengan kasus stunting tinggi.
“Apabila ada kasus kabupaten yang dikategorikan dengan Kabupaten stanting, maka di kabupaten tersebut harus terbentuk minimal 10 desa stunting di mana di dalamnya ada keterpaduan-keterpaduan Keluarga Berencana. Mudah-mudahan ini menjadi komitmen dan diselesaikan secara bersama.
Dwi juga sangat mengapresiasi cakupan dari kepesertaan BPJS Kesehatan atau JKN di Sulsel yang sudah sangat tinggi di atas 90 persen.
“Bahkan ada beberapa kabupaten yang sudah 100 persen,” ujarnya.
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Selatan, Rini Riatika Djohari, menyampaikan, secara umum tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan peran serta pemerintah dan pemerintah daerah, mitra kerja dan swasta tentang pentingnya penerapan delapan fungsi keluarga dan pembentukan karakter sejak dini untuk meweujudkan pelembagaan keluarga kecil dan sejahtera.
Tema sentral Harganas ke-25 tahun ini adalah “Hari Keluarga, Hari Kita Semua”, dengan sub-tema
“Cinta Keluarga, Cinta Terencana, Cinta Indonesia”.
“Cinta Keluarga, Cinta Terencana, Cinta Indonesia”.
“Pesan intinya, yaitu cinta keluarga cinta terencana, dan pesan selanjutnya adalah kalau terencana semua lebih mudah,” pungkasnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar