Recent Posts

Contributors

Jagoan Tarkam itu Kini Jadi Juara Asia.

Minggu, 02 September 2018
Jagoan Tarkam itu Kini Jadi Juara Asia.  

desakunews.id-PALEMBANG, Sorak-sorai ratusan penonton bergemuruh di dalam GOR Ranau Jakabaring. Memekakkan telinga memang. Namun, membuat orang-orang di dalamnya larut dengan euforia kemenangan. Kemarin, tim kuadran sepak takraw Indonesia sukses menyumbang sekeping emas bagi Indonesia di Asian Games 2018.
Di final, Indonesia mengandaskan Jepang dalam drama tiga game 15-21, 21-14, dan 21-16. Kemenangan tersebut tak lepas dari penampilan ciamik dua killer Merah Putih Saiful Rijal dan Nofrizal. Mereka tampil trengginas sepanjang laga. Membombardir pertahanan lawan dengan tendangan salto andalan keduanya.
Rijal adalah atlet jebolan SMAN Olahraga Sidoarjo. Bakat sepak takrawnya terasah di arena antar kampung (tarkam) di desanya, Dusun Krajan, Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. ”Satu kecamatan itu mungkin 15 klub sepak takraw ada,” ucapnya usai pengalungan medali.
Juara se-kecamatan, membuat Rijal ditunjuk untuk mewakili Lumajang mengikuti Pekan Olahraga Daerah tahun 2006 di Malang. Saat itu Rijal masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Melawan atlet-atlet yang lebih senior tidak membuatnya gentar. Justru malah tertantang. Alhasil, gelar juara mampu dibawa pulang.
”Nah ternyata saat itu dipantau oleh pelatih Jawa Timur,” ujarnya. Sejak saat itu, Rijal disarankan untuk melanjutkan sekolah di SMANOR Sidoarjo. Sekaligus mengembangkan bakat alaminya untuk menjadi atlet profesional.
Pria 27 tahun itu menuturkan, belum memiliki pekerjaan selain hanya berlatih dan bertanding sepak takraw. Baik pemusatan latihan daerah di Jawa Timur maupun pemusatan latihan nasional jelang Asian Games di GOR Icuk Sugiarto, Kadudampit, Sukabumi.
Meski begitu, Rijal juga pernah dua kali mengikuti tes CPNS. Tahun 2013 dan 2014. Namun, hasilnya nihil. ”Belum garis tangannya. Belum rezeki,” celetuknya. Dia juga tidak menuntaskan kuliahnya di Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya. ”Susah bagi waktu yang harus puslatda dan pelatnas,” ungkapnya.
Ternyata pilihannya mungkin tepat. Memilih fokus berlatih sepak takraw. Medali emas Asian Games 2018 kini sudah direngkuhnya. Kesempatan untuk menjadi pegawai negeri sipil kembali terbuka. Sebab, pemerintah pernah menjanjikan untuk peraih emas multievent se-Asia itu akan diangkat menjadi PNS.
Hal serupa juga dialami Nofrizal. Dia juga belum memiliki pekerjaan selain menyepak bola rotan. Pria asal Kota Pesisir Selatan, Sumatera Barat itu mengisi kesehariannya dengan berlatih dan bertanding. ”Ya ikut-ikut tarkam aja kalau diajak kawan,” katanya.
Nofrizal memiliki cerita pilu ketika dirinya menjalani pelatnas Asian Games. Dia tidak sempat menemani istrinya melahirkan anak kedua. ”Saat itu tepat bulan Ramadhan dan saya sedang try out di Thailand,” jelasnya. Libur lebaran selama seminggu, menjadi kesempatannya untuk menengok Muhammad Gibran Ramadhan, buah hati keduanya di Makassar. ”Sejak menikah dengan istri saya, Asmawati namanya, saya pindah ke Makassar,” terangnya.
Pilunya, usia Gibran hanya singkat. Dua minggu usai lebaran bayi mungil itu jatuh sakit. Saat itu, Nifrizal sudah kembali ke pelatnas di Sukabumi. Tak lama, dia diberi kabar keluarganya bahwa Gibran meninggal. Seketika, perasaannya berubah tak karuan. Rapuh, sedih,dan hancur.
Tim pelatih dan rekan-rekannya di pelatnas hanya bisa menguatkan. Nofrizal diberikan cuti libuir kurang lebih seminggu untuk bertolak kembali ke Makassar. ”Tetapi, semua itu tidak saya jadikan sebagai beban. Namun, menjadi motivasi bagi saya. Ini sudah jalannya dari Allah SWT. Saya ikhlas menerimanya," ucapnya berkac-kaca.
Keinginan untuk mempersembahkan medali emas bagi almarhum Gibran, memberi efek positif baginya. "Itu yang menjadi kekuatan saya." Istri dan anaknya yang pertama datang langsung ke Palembang untuk memberi dukungan kemarin.(Myslaupat/net.) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar